Berharap Terlalu Tinggi Pada Tongkat Emas



Saya tidak keberatan sama sekali sewaktu Pendekar Tongkat Emas menampilkan aksi-aksi berkelahi yang katanya lebih condong ke kungfu dibanding silat. Silat. Bukankah kata tersebut sebenarnya luas sekali artinya. Ia tidak mendefinisikan sebuah seni beladiri asli Indonesia, tapi ia juga mencakup semua seni berkelahi?

Yang paling bikin semangat kendor sewaktu nonton film Pendekar Tongkat Emas adalah ini: Ekspetasi yang terlalu tinggi.


Sederet nama besar yang menggawangi film, membumbungkan harapan tinggi, bahwa kita akan dihadapkan dengan film yang super keren, yang cemerlang dilihat dari berbagai sudut.

Sayangnya, harapan itu tidak berhasil diantarkan dengan maksimal.

Saya paling merasakan kekenduran ini di segi cerita. Soalnya saya penonton film yang hanya peduli pada empat hal: gambar, warna, cerita, serta pemainnya. Kalau empat itu oke, maka, sikat!

Biasanya kalau menonton film, untuk bisa menikmatinya, saya perlu satu atau dua tokoh untuk pegangan, untuk didukung, untuk dirasain pengalamannya. Itu salah satu kenikmatan dalam menonton atau membaca. Kita berpihak pada karakter, dan menuai pengalaman-pengalaman yang menerpa mereka.

Seajaib-ajaibnya Hogwarts, dia gak bakal semenarik itu kalau gak ada Harry, Ron, sama Hermione disana. Perjalanan hidup Harry yang penuh bahaya lah peluru utama yang bikin cerita penyihir Inggris tersebut menjadi begitu membius. Bukan settingnya. Bukan Skrewt Ujung Meletup nya.

Segi cerita juga pernah isu yang ramai dibicarakan ketika membahas The Raid, serta Berandal. The Raid ceritanya terlalu simpel, dan Berandal ceritanya terlalu luas. Saya lebih suka The Raid, yang walaupun ceritanya sederhana, tapi diantarkan dengan ketegangan tingkat dewa. Motivasi karakternya jelas. Dan saya ingin Iko Uwais keluar dari gedung dengan selamat.

Berandal, dengan cerita yang jauh lebih luas, sempat terasa kendur di beberapa bagian. Tapi bagi penggemar film gebuk-gebukan, Berandal jelas salah satu yang terbaik! Efeknya pun sama, saya ingin Iko Uwais keluar dengan selamat, terus ketemu sama anak istrinya.

Sangat mudah untuk berpihak pada Iko Uwais dalam The Raid dan Berandal. Motivasi yang dimiliki karakternya sangat-sangat primal: Bertahan hidup. Backstory nya juga disingkap, sehingga kita makin punya alasan untuk memihak pada karakter yang dimaksud.

Dalam Pendekar Tongkat Emas, saya sempat kehilangan pegangan, harus kepada siapa berpihak. Separuh jalan, saya belum kunjung menemukan tokoh untuk berpihak, alhasil, saya kesulitan menikmati film ini. Latar musik dan Gambar yang disajikan memang juara sih. Tapi seperti kasus Harry Potter diatas. Butuh lebih dari setting untuk membuat cerita menjadi enak dikunyah.

Sepanjang film, saya terus bertanya-tanya, ini kenapa dia sih yang dikasih Tongkat Emas? Kenapa bukan Reza? Kenapa bukan Tara Braso? Kenapa bukan si gundul pacul itu?

Pertanyaan lain yang muncul: trus emangnya kenapa dengan Tongkat Emas? Toh dia gak sakti-sakti amat. Buat mukul batu aja gak pecah.

Pertanyaan lain: itu orang-orang dunia persilatan kok manut-manut saja dikangkangin sama Reza Rahardian. Kenapa gak diajak berantem dulu. Kan sesuai namanya, dunia persilatan alias dunia perberanteman.

Pertanyaan lain: Nicholas Saputra melanggar sumpah. Trus konsekuensinya apa?

Begitulah, itu pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab sampai filmnya selesai. Padahal harapan saya, pertanyaan-pertanyaan semacam itu terjawab tuntas ketika cerita berakhir. Saya tidak cukup cuma diberitahu kalau Tongkat Emas itu sakti, tapi nggak dtunjukin kesaktiannya gimana. Saya nggak cukup dikasih tahu kalau Reza Rahardian itu pendekar hebat, tapi nggak dibuktiin dengan mengandaskan lawan-lawannya.

Sekacau-kacaunya cerita The Raid 2: Berandal, dia bisa membuktikan kalau Iko Uwais adalah badak bercula tiga yang bikin kita mikir empat kali kalau mau berantem ngelawan dia.

Kita butuh bukti, bukan janji.

NB: Untuk kisah-kisah dunia persilatan, walaupun dari belantara yang berbeda (baca: Manga), saya masih percaya Naruto dan Dragon Ball adalah yang terbaik. Dari segi cerita, kedua kisah ini menawarkan konflik yang menarik serta tokoh-tokoh yang perkembangannya karakternya ciamik.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Menulis Fiksi Dengan Bantuan MacGuffin

Meminjam Pistol Anton Chekhov

Pesan Dibalik Lagu: Sigur Ros